Suka-Suka's Blog

22 Februari 2012

Untitled Story 1

Filed under: fanfic, fanfiction, TVXQ, yunjae — iceteacassie @ 04:23

Title                : Untitled Story
Author             : iceteacassie a.k.a. Aistiyana a.k.a. i5ryansmanda
Rating             : PG
Genre              : Angst, Romance
Cast                 : Kim Jaejoong, Jung Yunho, Park Yoochun.
Warning          : Agak Lebay…
Subtitle : Our Meeting
=========
Pagi ini…
Sang Surya mulai menampakkan keindahannya. Ia muncul dari balik pegunungan dan bersinar secerah mungkin. Suasana yang nampak gelap kini telah berubah terang secara perlahan. Bintang dan Bulan pun berusaha menyembunyikan cahaya terang mereka. Awan dan langit mulai terlihat jelas di mata seorang lelaki yang masih berdiri di bawah pohon rindang perbukitan itu.
Dia masih saja memandang arah munculnya bintang terdekat bumi itu dengan seksama. Seolah-olah tidak ingin melewatkan waktu sedetikpun tanpa melihat kesempurnaan pagi ini.
‘ indah sekali ‘ batinnya.
FB
“Ya, Yunho ! Sampai kapan kau akan menarik tanganku ini?” tanya seorang anak lelaki berumur 10 tahun.
“Sebentar dulu. Kita masih belum sampai” jawab anak lekaki yang umurnya 1 tahun lebih tua.
Mereka berdua masih berlari-lari kecil saat ini. Seolah-olah sedang terburu-buru mengejar sesuatu.
Dan tibalah mereka di suatu tempat yang merupakan puncak bukit tertinggi di daerahnya. Disana ada sebuah pohon besar yang cukup rindang untuk berteduh.
“Kenapa kau mengajakku ketempat ini Yun?” tanya Jae.
“Aku ingin kau melihat sesuatu. Tunggu dan lihat saja.” jawab Yunho.
Tak seberapa lama kemudian, dari balik pegunungan muncullah seberkas sinar yang berwarna jingga. Indah sekali.
“Lihatkan… Bukahkan ini indah Jae?”
“Heum.. Terlihat cantik sekali jika dilihat dari sini.”
Mendengar ucapan Jae tadi, Yunho hanya tersenyum sambil terus menatap pria disampingnya itu, sementara pria yang dipandanginya itu masih terkagum-kagum dengan apa yang baru saja dilihatnya.
End of FB
Tak terasa sudah dua jam lebih dia berdiri di tempat itu.
Terik matahari sudah mulai menghangatkan seluruh tubuhnya.
Ini adalah saatnya dia kembali ke rumah.
=========
Sesampai di rumah dia langsung masuk ke dalam kamarnya.
Mengunci pintu rapat-rapat dari dalam.
Seakan-akan berusaha menyembunyikan keberadaannya saat ini.
=========
Setiap hari, setiap saat, setiap detik yang ia lalui. Ia gunakan hanya untuk meruntuki dirinya sendiri.
‘apakah aku boleh mencintainya ??’
Pertanyaan itulah yang selama ini masih melekat pada pusat sistem syarafnya itu.
Pertanyaan yang selalu saja membayang-bayanginya setiap waktu.
Dan pertanyaan yang tidak pernah dapat ia jawab sampai kapanpun juga.
=========
Dibukanya meja nakas di samping tempat tidurnya itu. Tempat rahasianya menyembunyikan barang-barang istimewa miliknya. Perlahan-lahan. Dan akhirnya diambilnya juga sebuah amplop berisikan selembar surat yang tidak pernah ia kirim sebelumnya.
Ia pun membaca surat itu. Walaupun hal ini selalu ia lakukan setiap hari, tapi entah kenapa tak pernah membuatnya bosan sama sekali.
=========
To : Kim Jaejoong.
Wahai sepupuku…
Pantaskah aku memanggilmu dengan sebutan itu sekarang?
Dan bolehkah aku memberitahumu sesuatu?
Aku bukanlah orang yang pandai berkata-kata.
Aku juga bukan penyair yang dengan mudah membuat sajak tertentu.
Tapi, melalui surat ini. Aku ingin kau mengetahui sesuatu.
Mungkin hal ini akan membuatmu semakin membenciku. Tapi aku tidak peduli. Aku sudah bosan menahannya selama ini. Aku tidak mau menyembunyikannya lagi. Jadi aku putuskan untuk mengatakannya padamu.
Jaejoong…
Andai kau bukan sepupuku sekarang, mungkin saat ini aku bisa memilikimu seutuhnya.
Andai kita tidak terikat hubungan darah dari awal, pasti cintaku ini tidak akan pernah kandas sampai disini saja.
Andai kita tak dalam satu keluarga saat ini, mungkin kita bisa membuat keluarga kecil milik kita sendiri.
Dan andai kita bisa dilahirkan untuk kedua kalinya, kuharap kita bisa bertemu lagi dalam keluarga yang berbeda.
Sepupuku Kim Jaejoong,
Entah kau tahu hal ini atau tidak, tapi sebenarnya aku benci menganggapmu sebagai sepupuku.
Aku ingin menganggapmu sebagai temanku, sebagai sahabatku, atau kalau bisa sebagai kekasihku.
Aku benci keadaanku sekarang. Aku benci semua ini.
Aku ingin selalu berada disampingmu sampai kapanpun juga.
Aku ingin melindungimu selamanya.
Dan aku ingin menjagamu tanpa takut cibiran orang lain lagi.
Aku sangat berharap dapat memilikimu.
Tapi, apa yang bisa aku lakukan?
Berpikir untuk berada didekatmu saja membuatku kewalahan.
Berangan-angan untuk menikahimu membuatku sesak.
Dan bermimpi untuk dapat hidup semati denganmu membuatku tak berdaya.
Jae,
Aku sungguh mengagumimu,
Aku menginginkanmu,
dan Aku sangat mencintaimu.
Your Cousin,
Jung Yunho
=========
Untaian kata-kata yang pernah ia torehkan di selembar kertas itu tak pernah bisa ia berikan pada lelaki pujaannya sampai saat ini.
Dia hanya bisa menyimpannya rapat di meja tanpa sanggup memberikan surat itu padanya.
========
Tak seberapa lama kemudian, terdengar suara ketukan pelan pada pintu rumahnya. ‘Siapa yang datang di rumah jelekku ini? Di saat seperti ini pula?’ tanyanya dalam hati.
=========
Dibukanya pintu itu perlahan-lahan. Dan betapa kagetnya dia ketika tahu tamu yang sedang berkunjung di rumahnya kini.
“Kau?” tanyanya pada sosok pria yang ada di hadapannya itu.
“Ya. Ini aku. Bagaimana kabarmu Yunho?” ujar pria itu.
“Aku… Aku baik-baik saja. Kau? Ah, masuklah. Di luar agak dingin, tidak baik untuk kesehatanmu.”
Lalu tanpa sungkan-sungkan pria yang sedang berada tepat didepannya itu akhirnya masuk kedalam. Walaupun udara malam saat itu sangat dingin. Entah kenapa, setelah masuk kedalam rumah yang bisa dianggap sebagai rumah yang sudah tidak layak dihuni itu, dia seakan-akan merasakan kehangatan.
“Kau mau minum apa?”
Teringat akan pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulutnya itu, ia jadi semakin bingung. Minuman apa yang sanggup ia suguhkan pada tamunya ini? Padahal air putih pun hanya tinggal sedikit.
“Tidak perlu. Aku tidak terlalu haus.” jawab pria itu dengan sopan.
“Baiklah kalau begitu. Tapi, hal apakah yang bisa membuatmu berpikir untuk datang ke rumah jelekku ini?”
“Apakah aku tidak boleh berkunjung kesini? Apakah aku tidak boleh mengunjungi saudaraku satu-satuny?”
“Ah…Bukan begitu maksudku. Aku hanya tidak menyangka kau akan datang. Lagipula aku yakin sekarang kau sangat sibuk sekali.”
“Tidak juga. Aku hanya ingin mengunjungimu saja. Bukankah kita sudah tidak bertemu sejak saat itu?”
Flashback
“Aku mohon, lepaskan dia. Dia tidak bersalah. Dia hanya berada pada waktu dan tempat yang salah. Aku mohon, hentikan. Hentikan…” ucap Jaejoong seraya melindungiku dari tatapan warga desa.
“Sudahlah Jae, pergilah. Kau bisa ikut-ikutan terluka gara-gara aku.”
“Tidak apa-apa Yun. Bukankah kita sudah berjanji akan saling membantu?” ucapnya sambil tersenyum.
“Semuanya. Warga Desa yang kami hormati. Aku hanya ingin meluruskan hal ini saja. Jung Yunho bukanlah orang yang bersalah. Dia tidak bersalah. Dia tidak sengaja melakukannya. Dia hanya kebetulan ada ditempat itu. Dan dia tidak sengaja melepaskan tembakan disana. Percayalah padaku. Dia bukan orang yang jahat. Dia hanya berada dalam tempat dan waktu yang salah saja.” ucap Jaejoong seraya menjelaskan permasalahannya.
“Tapi dia sudah membunuhnya. Itu berarti dia adalah pembunuh. Pembunuh harus pergi dari Desa ini. Dia adalah ancaman bagi yang lainnya. Ayo semuanya, kita usir dia dari sini !” teriak salah satu warga.
“Ayooo…!” teriak warga lain bersama-sama.
Kemudian satu persatu batu dilemparkan ke arah kami. Bahkan banyak yang tidak meleset dan sempat melukai kami berdua.
“Sudah Jae. Pergilah. Jangan melakukan hal konyol sekarang. Aku mohon pergilah.” ucapku pada Jaejoong.
“Tidak apa-apa Yun. Ini semua juga kesalahanku. Aku yang harusnya menerima perlakuan ini. Bukan kau. Lagipula aku juga…”
Belum sempat Jaejoong menyelesaikan kalimatnya itu, tiba-tiba sebuah batu tepat mengenai kepalaku dengan keras. Kurasakan sakit di sekujur tubuhku saat ini, dan setelah kuraba kepalaku yang terasa sakit itu, ternyata kutemukan adanya noda merah. Itu pasti darahku. Darahku mengalir keluar tanpa kusadari dan tiba-tiba semuanya menjadi gelap. Dan aku tidak bisa merasakan apapun lagi.
===========
“Kau sudah bangun Yun? Bagaimana perasaanmu?”
Aku seolah-olah mendengar suara seseorang. Itu pasti suara Jaejoong. Apa yang terjadi?
Kubuka mataku perlahan-lahan. Dimana ini?
“Jae? Dimana ini?” tanyaku.
“Kau sekarang ada dirumahku. Bagaimana dengan kepalamu? Apa masih terasa sakit?” tanyanya.
Kepalaku? Aku ingat. Kepalaku sempat terlempar batu tadi. Sekarang sudah diperban. Pasti dia yang telah melakukannya.
“Tidak. Sudah tidak apa-apa. Terimakasih. Lebih baik aku pulang saja.”
“Kenapa secepat ini? Nanti saja sampai lukamu sembuh.”
“Tidak. Tidak apa-apa. Aku tidak mau merepotkanmu lebih lama. Maafkan aku. Gara-gara aku, kau terlibat masalah. Aku… Pergi dulu.”
Seketika itu pula aku langsung pergi. Aku tidak mau berlama-lama disini. Karena semakin lama dia bersamaku, maka semakin sering pula dia terlibat masalah bersamaku.
End of Flasback
“Kau ternyata masih ingat.” ucapku pelan.
“Tentu saja. Dan saat itu kau pergi dengan tatapan yang aneh. Aku pikir kau marah padaku.”
“Bukan. Bukan begitu. Aku tidak marah padamu. Saat itu, aku tidak mau merepotkanmu, Jae. Aku tidak mau membuatmu terluka gara-gara aku. Maaf jika perbuatanku membuatmu merasa bersalah.”
“Sudahlah. Tidak usah dibicarakan lagi. Itu tidak masalah bagiku. Hmmm… Oh iya, bagaimana kalau kita jalan-jalan saja? Sudah lama aku tidak jalan-jalan bersamamu. Kau punya waktu?”
“Tentu.” jawabku dengan tersenyum.
“Baiklah. Kita ke bukit itu saja. Bagaimana?” tanyanya bersungguh-sungguh.
“Kita berangkat sekarang. Ayo…!” ujarku sambil berjalan keluar.
“Ya ! Kau mau meninggalkanku ya? Awas kau !” ujarnya seraya berlari ingin mendahuluiku.
TBC
Wow !
Selesai juga chap 1-nya.
Semoga aja bagus, n banyak yg suka.
Hooommmm….! #komat-kamit baca mantra
Sipp ! Yang baca, mohon komennya ya?
Gomawo #bow


ini dia link Chap 2 Untitled Story 2

Tinggalkan sebuah Komentar »

Belum ada komentar.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.