Suka-Suka's Blog

7 Mei 2011

PENGERTIAN, SEJARAH DAN PERKEMBANGAN VAKSIN RABIES

Filed under: Uncategorized — iceteacassie @ 11:53

Kali ini aku mo posting lagi…
nie juga salah satu tugas kuliahku..
lebih tepatnya tugas kelompok sih,tapi tak apa lah…
langsung aja lah..

A.PENGERTIAN, SEJARAH DAN PERKEMBANGAN VAKSIN
Pengertian
Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau “liar”. Vaksin berasal dari kata vaccinia. Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dll )
Berdasarkan bahan imun yang digunakan ada dua jenis vaksin, yaitu:
a) Attenuated whole-agent vaccines / vaksin hidup ( aktif )
1. Mempunyai kemampuan proteksi jangka panjang
2.Virus yang telah dilemahkan tersebut dapat bereplikasi di dalam tubuh, meningkatkan dosis asli, dan berperan sebagai imunisasi ulangan.
3. Keefektifan dapat mencapai 95%
4. Seringkali tidak memerlukan imunisasi ulangan
Contoh : vaksin polio (Sabin), vaksin MMR, vaksin TBC, vaksin demam tifoid
b) Inactivated whole-agent vaccines
Vaksin ini memakai mikroba yang sudah dibunuh dengan formalin ataupun fenol. Contoh : vaksin rabies, vaksin influenza, vaksin polio (Salk), vaksin pneumonia Vaksin inaktif dihasilkan dengan menghancurkan infektivitasnya sedangkan imunogenitasnya masih dipertahankan dengan cara fisik misalnya dengan pemanasan, radiasi dan dengan bahan kimia ( fenol, betapropiolakton, formaldehid, etilenimin ). Dengan perlakuan ini virus menjadi inaktif tetapi imunogenitasnya masih ada. Vaksin ini sangat aman karena tidak infeksius, namun diperlukan jumlah yang banyak untuk menimbulkan respon antibodi.

Sejarah dan Perkembangan Vaksin
Perkembangan vaksin diawali dengan penemuan Edward Jenner pada tahun 1798 , bahwa inokulasi cacar sapi (cowpox) pada seseorang ternyata dapat melindungi orang tersebut dari penyakit cacar (smallpox). Sejak saat itu vaksin mengalami perkembangan baik dari cara menentukan epitop imunodominan, strategi perbanyakan protein maupun cara aplikasinya. Pada tahun 1880, Louis Pasteur dan kawan – kawan telah menemukan cara vaksinasi untuk pencegahan penyakit infeksi melalui penggunaan agen penyakit yang telah dilemahkan terlebih dahulu, antara lain vaksin rabies yang berasal dari virus alam yang ganas (street virus) menjadi virus yang tidak ganas (fix virus) setelah mengalami pasase berulang.

B. RABIES
Rabies adalah suatu penyakit menular akut yang menyerang susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh virus dan mengakibatkan kematian. Rabies dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia.
Penularan rabies pada manusia terjadi melalui gigitan hewan yang menderita rabies. Gejala rabies pada hewan timbul sekitar 3-6 minggu setelah gigitan hewan yang terkena rabies (masa tunas / inkubasi ), sedangkan rabies pada manusia
masa tunasnya tergantung dari : parah tidaknya luak gigitan, jauh dekatnya luak dengan susunan syaraf pusat, banyaknya syaraf pada luak gigitan, dan jumlah virus yang masuk kedalam luka gigitan dan jumlah luka gigitan.
Tanda / gejala rabies pada manusia meliputi 4 stadium yaitu :
Stadium prodromal
Penderita merasakan demam, sulit makan yang menuju taraf anoreksia, pusing dan pening (nausea).
Stadium sensoris
Dalam stadium sensori penderita umumnya akan mengalami rasa nyeri pada daerah luka gigitan, panas, gugup, kebingungan, keluar banyak air liur (hipersalivasi), dilatasi pupil, hiperhidrosis, dan hiperlakrimasi.

Stadium eksitasi
Pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah, mudah kaget, kejang-kejang setiap ada rangsangan dari luar sehingga terjadi ketakutan pada udara (aerofobia), ketakutan pada cahaya (fotofobia), dan ketakutan air (hidrofobia). Kejang-kejang terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernapasan. Hidrofobia yang terjadi pada penderita rabies terutama karena adanya rasa sakit yang luar biasa di kala berusaha menelan air.
Stadium paralitik
Pada stadium paralitik penderita menunjukkan tanda kelumpuhan dari bagian atas tubuh ke bawah yang progresif.
Karena waktu penyebaran penyakit yang cukup cepat maka umumnya keempat stadium di atas tidak dapat dibedakan dengan jelas. Gejala-gejala yang tampak jelas pada penderita di antaranya adanya nyeri pada luka bekas gigitan dan ketakutan pada air, udara, dan cahaya, serta suara yang keras.

C. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN VAKSIN RABIES
Manfaat dari vaksin rabies antara lain adalah untuk mengendalikan penyakit rabies dan mengusahakan agar hewan yang peka terhadap rabies kebal terhadap serangan virus rabies.
Vaksin rabies sebenarnya telah dikenal sejak tahun 1879 dan dibuat pertama kali oleh Victor Galtier. Selanjutnya pada tahun 1884 vaksin tersebut dikembangkan oleh Louis Pastuer. Louis Pasteur membuat vaksin rabies menggunakan virus yang berasal dari sumsum tulang belakang anjing yang terkena rabies kemudian dilintaskan pada otak kelinci dan diatenuasikan dengan pemberian KOH. Pada tahun 1993 Kliger dan Bernkopf berhasil membiakan virus rabies pada telur ayam bertunas. Cara pembiakan virus tersebut dipakai oleh Koprowski dan Cox untuk membuat vaksin rabies aktif strain flury HEP pada tahun 1955. Dengan berkembangnya cara pengembangbiakan virus dengan biakan sel, Naguchi pada tahun 1913 dan Levaditi pada tahun 1914 berhasil membiakan virus rabies secara in vitro pada biakan gel.
Pada tahun 1958 Kissling membiakan virus rabies CVS pada biakan sel ginjal anak hamster. Selanjutnya pada tahun 1963 Kissling dan Reese berhasil membuat vaksin rabies inaktif menggunakan virus rabies yang dibiakan pada sel ginjal anak hanlster.
Dengan metoda pembuatan vaksin dengan biakan sel ini dapat dihasilkan titer virus yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan biakan virus memakai otak hewan yang ditulari virus rabies. Disamping itu metode biakan sel dapat menghasilkan virus dengan jumlah yang lebih banyak untuk produksi vaksin rabies dengan skala besar.
Perkembangan vaksin rabies di Indonesia
Di Indonesia, vaksin rabies untuk hewan telah diproduksi sejak tahun 1967 oleh Posat Veterinaria Farma (Pusvetma) Surabaya, menggunakan fixed virus rabies. Sebagai media untuk membiakkan virus rabies digunakan otak kambing / domba umur 3 bulan. Otak yang ditumbuhi virus digerus, dibuat suspensi kemudian diinaktifkan dengan phenol 0,5%. Vaksin jenis ini disebut vaksin rabies sampel yang selanjutnya diberi nama paten Rasivet. Vaksin tersebut diberikan melalui suntikan dibawah kulit dengan dosis 4 ml. Akan tetapi masa kebal vaksin rasivet relatif pendek yaitu 6 bulan.
Dengan bantuan seorang tenaga WHO, Dr. Larghi pada tahun 1983, era baru pembuatan vaksin rabies di Pusvetma telah dimulai. Dalam cara baru ini digunakan biakan sel sebagai media pertumbuhan virus rabies. Virus yang digunakan yaitu virus rabies galar Pastuer yang dibiakan pada kultur sel ginjal anak hamster (BHK 21), dengan bahan inaktif berupa 2-Bromo Ethylamin (BEA). Sel BHK 21 seperti yang dinyatakan Bear (1975) merupakan sel yang paling peka untuk pembiakan virus rabies.
Setelah melalui rangkaian percobaan, pada tahun 1984, Pusvetma telah mengeluarkan vaksin rabies yang menggunakan biakan sel sebagai tempat pembiakan virus. Vaksin baru ini diberi nama rabivet.
Vaksin rabivet mempunyai kelebihan dibandingkan dengan rasivet yaitu:
1. Rabivet tidak mengandung jaringan syaraf dan kandungan proteinnya lebih rendah sehingga efek samping berupa alergi dan paralisa non spesifik sangat dikurangi.
2. Mudah diproduksi secara besar-besaran.
3. Harga satuan lebih rendah.
4. Pencemaran lingkungan dan resiko tersebarnya virus sangat rendah.
5. Rabies mempunyai masa kekebalan yang lebih lama.
Berdasarkan hasil pengujian baik pada kondisi laboratorium maupun kondisi lapangan menunjukkan bahwa vaksin rabivet mempunyai keamanan dan potensi yang baik. Setelah pengujian menunjukkan hasil yang baik, vaksin rabivet diproduksi dalam skala besar dan di distribusikan di seluruh Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
http://rahajuernawati.wordpress.com/2009/02/17/sejarah-dan-perkembangan-vaksin-virus/
http://www.infeksi.com
http://repository.ipb.ac.id

2 Komentar »

  1. boleh tau pengertian dilatasi pupil dan hiperlakrimasi gak?soalnya cari di google gak ada referen yang bagus.makasih

    Komentar oleh Anonymous — 21 September 2012 @ 08:19

  2. Setahuku, dilatasi berarti kontraksi mata yang membuatnya membesar/melebar. Sedangkan hiperlakrimasi yaitu kelainan mata yang membuatnya memproduksi air mata secara berlebihan.

    Komentar oleh Aistiyana Ikmaisyara — 12 Oktober 2012 @ 11:03


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Tinggalkan Balasan ke Anonymous Batalkan balasan

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.